22 Desember 2010 by Encep Hendriadi
Pendahuluan
Kapan
dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal?
adalah pertanyaan yang terus menggoda para ilmuwan.
Berbagai
teori asal-usul kehidupan telah disusun oleh para pakar tetapi
belum ada satupun teori yang diterima secara memuaskan oleh semua
pihak.
Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para
ahli di antaranya:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat
istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan
(teori generatio spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)
Kita akan membahas teori no. 2 (teori generatio spontanea) dan
teori no. 5 (evolusi biokimia).
Teori
Generatio Spontanea Disebut
juga teori Abiogenesis pelopornya seorang ahli filsafat zaman
Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa makhluk
hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih terus bertahan sampai
abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil
membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman
jerami penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis)
memperkuat teori generatio spontanea teori terbukti makhluk hidup
berasal dari benda mati (jasad renik berasal dari air bekas rendaman
jerarni).
Beberapa ahli berusaha mengadakan penelitian untuk menyangkal
teori generatio spontanea antara lain Franscesco Redi, Spallanzani
dan Louis Pasteur.
Percobaan Redi dan Spallanzani masih belum dapat menumbangkan
teori generatio spontanea karena menurut pendapat para pendukung
teori tersebut bahwa untuk dapat timbul kehidupan secara spontan
dari benda mati diperlukan gaya hidup dan gaya hidup pada percobaan
Spallanzani dan Redi tidak dapat melakukan fungsinya karena stoples
dan labu percobaan tersumbat rapat-rapat.
Pasteur mencoba memperbaiki percobaan Spallanzani dengan menggunakan
tabung kaca berbentuk leher angsa atau huruf S untuk menutup labu
walaupun labu tersumbat udara sebagai "sumber gaya hidup"
dapat masuk ke dalam labu. Dengan percobaan ini Pasteur berhasil
menumbangkan teori generatio spontanea.
Teori
Evolusi Biokimia Evolusi
Kimia
Menerangkan
bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai
dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam
atmosfer primitif dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa
organik kompleks.
Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba
di dalam skala laboratorium. Ia merancang alat yang seperti terlihat
dalam gambar di bawah ini.
Skema
alat percobaan Miller
Miller memasukkan gas H2, CH4
(metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat.
Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai
sumber energi yang bertindak sebagai "halilintar" agar
gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik
tegangan tinggi. Ternyata timbul reaksi, terbentuk senyawa-senyawa
organik seperti asam amino, adenin dan gula sederhana seperti
ribosa.
Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks
di dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida
dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah
utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan
dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.
Evolusi Biologi
Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi
akan timbul reaksi-reaksi yang menghasilkan senyawa organik dengan
energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa organik
tersebut merupakan "soppurba" tempat kehidupan
dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan
gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya
akan bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid
sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap
sebagai "selaput sel primitif" yang memberi stabilitas
pada koaservat.
Meskipun begitu Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya
koaservat yang sudah terbungkus dengan selaput sel primitif tadi
akan dapat menghasilkan "organisme heterotrofik" yang
dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari "sop
purba" yang kaya akan bahan-bahan organik dan menjelaskan
mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda
tak hidup ke benda hidup.
Teori
evolusi kimia telah teruji melalui eksperimen di laboratoriurn,
sedang teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Walaupun yang dikemukakan dalam teori itu benar, tetap saja belum
dapat menjelaskan tentang dari mana dan dengan cara bagaimana
kehidupan itu muncul, karena kehidupan tidak sekadar menyangkut
kemampuan replikasi diri sel. Kehidupan lebih dari itu tidak
hanya kehidupan biologis, tetapi juga kehidupan rohani yang meliputi
moral, etika, estetika dan inteligensia.
|